Ayo Mengenal dan Memanfaatkan Sejarah Matematika di Sekolah
Salah satu point penting kita mencintai atau menyukai "sesuatu" adalah dengan kita mengetahui sejarahnya. Dengan alasan sederhana inilah kenapa Bapak Proklamator Ir.Soekarno selalu menyampaikan "Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah", yang biasa kita kenal dengan istilah "JAS MERAH". Harapan dari Bapak Soekarno sangat mulia, dengan kita mengetahui sejarah Indonesia maka dengan sendirinya kita akan mencintai NKRI kita ini.
Apa yang disampaikan oleh Bapak Soekarno tidak jauh beda dengan apa yang dialami oleh dunia pendidikan terkhusus pendidikan matematika. Pada kurikulum yang telah dirancang oleh para pakar pendidikan tidak kita temukan namanya tujuan belajar matematika itu misalnya "mengetahui sejarah statistika".
Karena rendahnya pengetahuan siswa dan guru tentang sejarah matematika ini maka rasa cinta siswa dan guru terhadap matematika juga sangat rendah sehingga kemampuan bermatematik masyarakat Indonesia sangat rendah seperti apa yang disampaikan oleh Sujiwo Tejo bahwa "Indonesia kurang maju karena matematika-nya rendah".
Sebagai pengenalan sejarah matematika tahap dasar maka buku Rully Charitas Indra Prahmana dkk berjudul "Mengenal Matematika Lebih Dekat" bisa dijadikan referensi. Dengan bahasa yang sangat sederhana di buku itu dibahas tentang Sejarah Matematika, Kelahiran Matematika, Para Matematikawan Sejati, Matematika itu Menyenangkan, dan Matematika di Rumah sendiri.
Jika Anda suka gugling juga sangat baik dalam menambah referensi kita tentang sejarah dari matematika.
Setelah kita pelajari pelan-pelan tentang sejarah matematika, maka kita akan bertanya apa manfaat sejarah matematika dalam pembelajaran di sekolah?. Bapak Sumardyono dalam tulisannya Pemanfaatan Sejarah Matematika di Sekolah menyampaikan bahwa:
Menurut Fauvel [2000] nilai sejarah matematika meliputi tiga dimensi berbeda:
[1] sebagai materi pembelajaran/kuliah,
Sebagai suatu pokok bahasan atau materi pembelajaran, yang membahas segi fakta, kronologis, maupun evolusi sejarah matematika. Hal ini tentu menyangkut banyak sekali aspek, dari fakta matematika hingga filsafat matematika. Sejarah matematika sebagai pokok bahasan mulai diberikan di tingkat perguruan tinggi walaupun bukan menjadi materi inti sehingga tidak setiap perguruan tinggi menyelenggarakannya.
[2] sebagai konteks materi pembelajaran,
Dalam pembelajaran matematika, kita dapat mengambil soal-soal atau masalah awal dari sejarah matematika termasuk memberi perspektif humanis dalam pembelajaran dengan menampilkan hasil karya dan biografi matematikawan.
[3] sebagai sumber strategi pembelajaran.
Sejarah matematika memberikan alternatif cara atau strategi pembelajaran suatu pokok materi matematika.
Banyak manfaat yang dapat diambil dari penggunaan sejarah matematika dalam pembelajaran. Fauvel [2000] menyatakan terdapat tiga dimensi besar pengaruh positif sejarah matematika dalam proses belajar siswa:
Tentu saja perkembangan pemahaman, antusiasme, dan keterampilan tersebut bergantung pada apa yang dikandung oleh sejarah matematika yang disuguhkan, serta bagaimana sejarah matematika dipahami dan diimplementasikan dalam pembelajaran. Pengayaan sejarah matematika sebagai bahan untuk menarik kesenangan siswa pada matematika sudah merupakan langkah yang memadai. Syukur bila para guru memiliki kemampuan untuk mengambangkan model pembelajaran berdasarkan informasi sejarah matematika.
Di bawah ini beberapa manfaat yang berkaitan dengan penerapan sejarah matematika di sekolah yang dapat diambil, yaitu: [disarikan dari John Fauvel seperti dikutip Garner [1997]]
Tentang kisah hidup matematikawan memang agak jarang di buku-buku resmi, tetapi tidak berarti tidak tersedia di pasaran. Guru pun dapat mengakses internet untuk memperoleh informasi tsb. dengan cepat, mudah, dan gratis.
Beberapa yang dapat disebutkan antara lain: Thales [624 SMΓÇô ], Pythagoras [582 SMΓÇô ], Euclides [300 SMΓÇô ], Archimedes [287ΓÇô212 SM], Apollonius [260ΓÇô190 SM], Diophantus [250 SMΓÇô ], Liu Hui [abad ke-3 M], Tsu Chung Cih atau Zu Chong Zhi [480ΓÇô ], Seki Kowa [abad ke-17], Aryabhata [abad ke-6], Brahmagupta [628 MΓÇô], Bhaskara [1114ΓÇô1185], al-Khowarizmi [825ΓÇô ], Tsabit ibn Qorra [836ΓÇô901], al-Karkhi atau al-Karaji [1020ΓÇô ], Omar Khayyam [1050ΓÇô1125], al-Kasyi atau al-Kashi [abad ke-15], Fibonacci [1180ΓÇô1250], Cardano [1501-1576], John Napier [1550-1617], Descartes [1596-1650], Blaise Pascal [1623ΓÇô1662], Newton [1642ΓÇô1727], Euler [1707ΓÇô1783], Gauss [1777ΓÇô1855].
Beberapa sumber dapat disebutkan:
Contohnya, penggunaan soal yang memuat penggunaan FPB dan KPK dari sejarah matematika sebagai sumber pembelajaran tentang FPB dan KPK.
Dapat pula kronologis konsep matematika dalam sejarah menjadi alur dalam penyampaian konsep matematika di kelas,
contohnya dalam sejarah matematika orang mulai mengenal bilangan asli, lalu bilangan pecahan positif, lalu bilangan negatif dan nol, baru kemudian bilangan irasional.
Dengan demikian, pembelajaran bilangan dapat dimulai dari pengenalan bilangan asli, lalu pecahan positif, bilangan nol [atau cacah], lalu bilangan negatif [atau bulat], dan kemudian baru pengenalan bilangan irasional. Tetapi tentu hal ini membutuhkan penyesuaian dalam hal penyajian materi.
Sementara Siu Man-Keung [1997] menyatakan terdapat empat level penggunaan contoh ilustrasi dalam sejarah matematika dalam pembelajaran di kelas yaitu:
Demikian sedikit kajian tentang pemanfaatan sejarah matematika dalam pembelajaran matematika di sekolah. Tulisan ini masih berupa kajian awal, tetapi paling tidak dapat memberikan nuansa baru dan langkah awal bagi perkembangan pembelajaran matematika di sekolah.
Via : http://www.foldersoal.com
Apa yang disampaikan oleh Bapak Soekarno tidak jauh beda dengan apa yang dialami oleh dunia pendidikan terkhusus pendidikan matematika. Pada kurikulum yang telah dirancang oleh para pakar pendidikan tidak kita temukan namanya tujuan belajar matematika itu misalnya "mengetahui sejarah statistika".
Karena rendahnya pengetahuan siswa dan guru tentang sejarah matematika ini maka rasa cinta siswa dan guru terhadap matematika juga sangat rendah sehingga kemampuan bermatematik masyarakat Indonesia sangat rendah seperti apa yang disampaikan oleh Sujiwo Tejo bahwa "Indonesia kurang maju karena matematika-nya rendah".
Sebagai pengenalan sejarah matematika tahap dasar maka buku Rully Charitas Indra Prahmana dkk berjudul "Mengenal Matematika Lebih Dekat" bisa dijadikan referensi. Dengan bahasa yang sangat sederhana di buku itu dibahas tentang Sejarah Matematika, Kelahiran Matematika, Para Matematikawan Sejati, Matematika itu Menyenangkan, dan Matematika di Rumah sendiri.
Jika Anda suka gugling juga sangat baik dalam menambah referensi kita tentang sejarah dari matematika.
Setelah kita pelajari pelan-pelan tentang sejarah matematika, maka kita akan bertanya apa manfaat sejarah matematika dalam pembelajaran di sekolah?. Bapak Sumardyono dalam tulisannya Pemanfaatan Sejarah Matematika di Sekolah menyampaikan bahwa:
Menurut Fauvel [2000] nilai sejarah matematika meliputi tiga dimensi berbeda:
[1] sebagai materi pembelajaran/kuliah,
Sebagai suatu pokok bahasan atau materi pembelajaran, yang membahas segi fakta, kronologis, maupun evolusi sejarah matematika. Hal ini tentu menyangkut banyak sekali aspek, dari fakta matematika hingga filsafat matematika. Sejarah matematika sebagai pokok bahasan mulai diberikan di tingkat perguruan tinggi walaupun bukan menjadi materi inti sehingga tidak setiap perguruan tinggi menyelenggarakannya.
[2] sebagai konteks materi pembelajaran,
Dalam pembelajaran matematika, kita dapat mengambil soal-soal atau masalah awal dari sejarah matematika termasuk memberi perspektif humanis dalam pembelajaran dengan menampilkan hasil karya dan biografi matematikawan.
[3] sebagai sumber strategi pembelajaran.
Sejarah matematika memberikan alternatif cara atau strategi pembelajaran suatu pokok materi matematika.
Banyak manfaat yang dapat diambil dari penggunaan sejarah matematika dalam pembelajaran. Fauvel [2000] menyatakan terdapat tiga dimensi besar pengaruh positif sejarah matematika dalam proses belajar siswa:
1. Understanding [pemahaman]
Pada tahap apa pun, perspektif sejarah dan perspektif matematika [struktur modern] saling melengkapi untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh, yaitu pemahaman yang rinci tentang konsep-konsep dan teorema-teorema matematika, serta pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana konsep-konsep matematika saling berhubungan dan bertemu.2. Enthusiasm [antusiasme]
Sejarah matematika memberikan sisi aktivitas manusia dan tradisi/kebudayaan manusia. Pada sisi ini, siswa merasa menjadi bagiannya sehingga menimbulkan antusiasme dan motivasi tersendiri.3. Skills [keterampilan]
Yang dimaksud Fauvel bukan keterampilan matematis semata, tetapi keterampilan dalam hal: keterampilan research dalam menata informasi, keterampilan menafsirkan secara kritis berbagai anggapan dan hipotesis, keterampilan menulis secara koheren, keterampilan mempresentasikan kerja, dan keterampilan menempatkan dan menerima suatu konsep pada level yang berbeda-beda. Keterampilan-keterampilan di atas jarang diantisipasi dalam pembelajaran konvensional/tradisional.Tentu saja perkembangan pemahaman, antusiasme, dan keterampilan tersebut bergantung pada apa yang dikandung oleh sejarah matematika yang disuguhkan, serta bagaimana sejarah matematika dipahami dan diimplementasikan dalam pembelajaran. Pengayaan sejarah matematika sebagai bahan untuk menarik kesenangan siswa pada matematika sudah merupakan langkah yang memadai. Syukur bila para guru memiliki kemampuan untuk mengambangkan model pembelajaran berdasarkan informasi sejarah matematika.
Di bawah ini beberapa manfaat yang berkaitan dengan penerapan sejarah matematika di sekolah yang dapat diambil, yaitu: [disarikan dari John Fauvel seperti dikutip Garner [1997]]
- Meningkatkan motivasi dalam belajar.
- Meningkatkan aspek humanistis matematika.
- Mengubah persepsi siswa terhadap matematika ke arah yang positif.
- Siswa mendapatkan kesenangan/kepercayaan diri dengan memastikan bahwa mereka bukan satu-satunya yang dihadapkan dengan masalah matematika.
- Mengurangi kesan bahwa matematika itu menakutkan.
- Dengan menyelami sejarah membantu menopang ketertarikan dan kegembiraan siswa.
- Dengan membandingkan terhadap teknik-teknik kuno, dapat memberikan nilai lebih pada teknik modern.
- Membantu menjelaskan peranan matematika dalam masyarakat.
- Memberikan kesempatan untuk bekerja lintas kurikulum dengan guru lain atau subjek lain.
- Membantu mengembangkan pendekatan yang multikultural.
Bagaimana Memanfaatkan Sejarah Matematika di Sekolah?
Sesungguhnya sangat banyak cara yang dapat ditempuh sesuai dengan tujuan apa yang kita inginkan. Furinghetti [1997] menyarankan suatu taksonomi penggunaan sejarah matematika dalam pembelajaran, sbb:1. Menginformasikan sejarah untuk mengubah image siswa tentang matematika,
Ini artinya guru dapat menggunakan sejarah matematika yang bernilai positif, seperti semangat para matematikawan dan kisah hidupnya yang menarik, kegunaan matematika di berbagai bidang ilmu, serta persoalan-persoalan yang menarik dari sejarah matematika, semisal tentang teka-teki dan permainan.Tentang kisah hidup matematikawan memang agak jarang di buku-buku resmi, tetapi tidak berarti tidak tersedia di pasaran. Guru pun dapat mengakses internet untuk memperoleh informasi tsb. dengan cepat, mudah, dan gratis.
Beberapa yang dapat disebutkan antara lain: Thales [624 SMΓÇô ], Pythagoras [582 SMΓÇô ], Euclides [300 SMΓÇô ], Archimedes [287ΓÇô212 SM], Apollonius [260ΓÇô190 SM], Diophantus [250 SMΓÇô ], Liu Hui [abad ke-3 M], Tsu Chung Cih atau Zu Chong Zhi [480ΓÇô ], Seki Kowa [abad ke-17], Aryabhata [abad ke-6], Brahmagupta [628 MΓÇô], Bhaskara [1114ΓÇô1185], al-Khowarizmi [825ΓÇô ], Tsabit ibn Qorra [836ΓÇô901], al-Karkhi atau al-Karaji [1020ΓÇô ], Omar Khayyam [1050ΓÇô1125], al-Kasyi atau al-Kashi [abad ke-15], Fibonacci [1180ΓÇô1250], Cardano [1501-1576], John Napier [1550-1617], Descartes [1596-1650], Blaise Pascal [1623ΓÇô1662], Newton [1642ΓÇô1727], Euler [1707ΓÇô1783], Gauss [1777ΓÇô1855].
2. Menggunakan sejarah matematika sebagai sumber masalah/soal,
Banyak masalah matematika dari sejarah yang dapat menjadi sumber pembelajaran atau pelengkap pembelajaran. Contohnya cara penyelesaian yang diberikan para matematikawan, dan soal-soal dari matematikawan.Beberapa sumber dapat disebutkan:
- saringan erastotenes untuk menemukan bilangan prima,
- sejarah Lou-Shu dari Cina dalam bentuk bujursangkar ajaib untuk melatih keterampilan berhitung dan penalaran,
- sejarah tentang ukuran danketelitian bangunan piramida di Mesir,
- penemuan pecahan desimal oleh al-Kasyi,
- penggunaan Batang Napier dalam konsep perhitungan [perkalian],
- penggunaan sifat bilangan 9 dari al-Khowarizmi,
- bukti teorema Pythagoras dalam segitiga secara geometris,
- metode Fang Ceng di Cina yang ekuivalen dengan metode Gauss-Jordan,
- determinan dari Seki Kowa,
- penemuan bilangan Pi oleh Archimedes,
- Tsu Chung Chih, Ramanujan, dan lainnya, serta masih banyak lagi topik sejarah lainnya.
3. Menggunakan sejarah matematika sebagai aktivitas tambahan,
Aktivitas tambahan dari sejarah matematika perlu dicoba untuk menambah kegairahan anak dalam belajar matematika, mulai dari yang sederhana semisal melukis atau mencetak poster matematikawan, gambar-gambar matematis dari sejarah matematika, hingga kegiatan eksplorasi dan eksperimen semacam mencoba teknik berhitung dari Brahmagupta, dan lain-lain.4. Menggunakan sejarah matematika sebagai pendekatan alternatif mengenalkan konsep matematika.
Masalah-masalah berupa soal dari sejarah matematika dapat menjadi pendekatan alternatif pembelajaran konsep matematika [problem based learning].Contohnya, penggunaan soal yang memuat penggunaan FPB dan KPK dari sejarah matematika sebagai sumber pembelajaran tentang FPB dan KPK.
Dapat pula kronologis konsep matematika dalam sejarah menjadi alur dalam penyampaian konsep matematika di kelas,
contohnya dalam sejarah matematika orang mulai mengenal bilangan asli, lalu bilangan pecahan positif, lalu bilangan negatif dan nol, baru kemudian bilangan irasional.
Dengan demikian, pembelajaran bilangan dapat dimulai dari pengenalan bilangan asli, lalu pecahan positif, bilangan nol [atau cacah], lalu bilangan negatif [atau bulat], dan kemudian baru pengenalan bilangan irasional. Tetapi tentu hal ini membutuhkan penyesuaian dalam hal penyajian materi.
Sementara Siu Man-Keung [1997] menyatakan terdapat empat level penggunaan contoh ilustrasi dalam sejarah matematika dalam pembelajaran di kelas yaitu:
- Anecdotes [cerita yang menyenangkan],
- Broad Outline [garis besar yang penting],
- Content [materi yang detail], dan
- Development of mathematical ideas [pengembangan gagasan matematika].
Demikian sedikit kajian tentang pemanfaatan sejarah matematika dalam pembelajaran matematika di sekolah. Tulisan ini masih berupa kajian awal, tetapi paling tidak dapat memberikan nuansa baru dan langkah awal bagi perkembangan pembelajaran matematika di sekolah.
Via : http://www.foldersoal.com
Belum ada Komentar untuk "Ayo Mengenal dan Memanfaatkan Sejarah Matematika di Sekolah"
Posting Komentar